Blogroll

Bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa mengajarkan suatu ilmu, maka dia mendapatkan pahala orang yang mengamalkannya, tidak mengurangi dari pahala orang yang mengamalkannya sedikitpun".
"Barangsiapa dikehendaki baginya kebaikan oleh Allah, maka Dia akan memberikan PEMAHAMAN AGAMA kepadanya.” (HR. Bukhari no. 71 dan Muslim no. 1037)

Pages

Selasa, 09 Agustus 2011

HATI


Peran hati bagi seluruh anggota badan ibarat raja bagi para prajuritnya. Semua bekerja berdasar perintahnya. Semua tunduk kepadanya. Karena perintah hatilah, istiqamah dan penyelewengan itu ada. Begitu pula semangat untuk bekerja. Rasulullah SAW bersabda :
Ketahuilah, didalam tubuh itu ada segumpal daging. Bila ia baik, maka baik pulalah seluruh tubuh. Dan apabila ia rusak maka rusak pulalah seluruh tubuh. Ketahuilah itu adalah hati. ( H.R. Bukhari ( Al Iman 1/126 ) dan Muslim ( Al Musaqat XI/26 ) Keduanya merupakan riwayat dari Nu’man bin Basyir. )
Hati adalah raja. Seluruh tubuh adalah pelaksana titah-titahnya, siap menerima hadiah apa saja. Aktifitas tidak dinilai benar jika tidak diniatkan dan dimaksudkan oleh sang hati. Di kemudian hari, hati akan ditanya tentang para prajuritnya. Sebab setiap pemimpin itu bertanggung jawab atas yang dipimpinnya.
Maka pembenaran dan penelusuran hati merupakan perkara yang paling utama untuk diseriusi oleh orang-orang yang menempuh jalan Allah Ta’ala. Demikian pula mengkaji penyakitpenyakit hati dan metode mengobatinya merupakan bentuk ibadah yang utama bagi ahli ibadah.
Macam-macam hati
Hati itu bisa hidup dan bisa mati. Sehubungan dengan itu, hati dapat dikelompok menjadi:
  1. Hati yang sehat
  2. Hati yang mati
  3. Hati yang sakit
Hati yang sehat adalah hati yang selamat. Barangsiapa pada hari kiamat nanti menghadap Allah tanpa membawa hati yang sehat, akan celaka.
Allah Ta’ala berfirman : Adalah hari, yang mana harta dan anakanak tidak bermanfaat kecuali orang yang datang kepada Allah dengan hati yang selamat ( sehat ) . Asy Syura : 88-89 .
Hati yang selamat didefinisikan sebagai hati yang terbebas dari setiap syahwat, keinginan yang bertentangan dengan perintah Allah dan dari setiap syubhat, ketidakjelasan yang menyeleweng dari kebenaran, hati yang tidak pernah beribadah kepada Allah dan berhukum kepada selain Rasulullah. ‘Ubudiyahnya murni kepada Allah. Iradah, mahabbah, inabah, ikhbat, khassyah, raja’ dan amalnya semuanya lillah, semata karena Allah.
Jika ia mencintai, membenci, memberi, dan menahan diri, semuanya dilakukan karena Allah. Ini saja tidak dirasa cukup sampai ia benar-benar terbebas dari sikap tunduk dan berhukum kepada selain Rasulullah. Hatinya telah terikat kepadanya dengan ikatan yang kuat untuk menjadikannya sebagai satusatunya panutan, dalam perkataan dan perbuatan. Ia tidak akan berani bersikap lancing, mendahuluinya dalam hal aqidah, perkataan maupun perbuatan.
Allah Ta’ala berfirman : Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian bersikap lancing ( mendahului ) Allah dan Rasul-Nya, dan bertaqwalah kepada Allah!. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha mengetahui. ( Al Hujurat : 1 )
Hati yang mati adalah hati yang tidak mengenal siapa Rabbnya. Ia tidak pernah beribadah kepada-Nya, enggan menjalankan perintah-Nya a t au menghadirkan sesuatu yang dicintai dan diridhai-Nya. Hati seperti ini selalu berjalan bersama hawa nafsu dan kenikmatan duniawi, walaupun itu dibenci dan dimurkai Allah Ta’ala. Ia tidak peduli kepada keridhaan Allah atau kemurkaan Allah Ta’ala. Baginya yang penting adalah memenuhi keinginan hawa nafsu. Ia menghamba kepada selain Allah Ta’ala.
Jika ia mencintai, membenci, memberi dan menahan diri, semuanya karena hawa nafsu. Hawa nafsu telah menguasainya dan lebih ia cintai daripada keridhaan Allah. Hawa nafsu telah menjadi pemimpin dan pengendali baginya. Kebodohan adalah supirnya, dan kelalaian adalah kendaraan baginya. Seluruh pikirannya dicurahkan untuk menggapai target-targer duniawi.
Ia diseru kepada Allah dan negeri akhirat, tetapi ia berada ditempat yang jauh, sehingga ia tidak menyambutnya. Bahkan ia setia mengikuti setan yang sesat. Hawa nafsu telah menjadikannya tuli dan buta terhadap kebenaran. ( disebutkan dalam sebuah hadist , ” Cintamu kepada sesuatu akan membutakan dan menulikanmu. ” diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam Al Adab XIV/38 secara marfu’ dan oleh Imam Ahmad dalam Musnad V/194 secara marfu’, juga VI/450 secara mauquf. Semuanya dari Abu Darda’. Abu Dawud tidak mengomentari hadist ini. Namun sebagian ulama menghasankannya, dan sebagian yang lain mendhaifkannya.).
Bergaul dengan orang yang hatinya mati adalah penyakit, berteman dengannya adalah racun, dan bermajlis dengan mereka adalah bencana.
Hati yang sakit adalah hati yang hidup namun mengandung penyakit. Ia akan mengikuti unsur yang kuat. Kadangkadang cenderung kepada ” kehidupan ” dan kadang-kadang ia cenderung kepada “penyakit”. Padanya terdapat kecintaan, keimanan, keikhlasan dan tawakal kepada Allah yang me rupakan sumber kehidupannya. Padanya pula ada kecintaan dan ketamakan kepada syahwat, hasad ( hasad atau dengki adalah sikap tidak suka melihat orang lain mendapat nikmat dan mengharapkan nikmat itu lenyap darinya), kibr ( Kibr atau sombong adalah menganggap remeh orang lain. Rasulullah SAW bersabda : ” Kibr adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain ” H.R. Muslim II/89 ), dan sifat ujub, yang merupakan sumber bencana dan kehancurannya.
Ia ada diantara dua penyeru, penyeru kepada Allah, Rasul dan hari akhir, dan penyeru kepada kehidupan duniawi. Seruan yang akan disambut adalah seruan yang paling dekat dan paling akrab.
Demikianlah, hati yang pertama adalah hati yang hidup, khusyu’, tawadhu’ lembut dan selalu terjaga. Hati yang kedua adalah hati yang gersang dan mati. Hati yang ketiga adalah hati yang sakit. Kadang-kadang dekat kepada keselamatan dan kadang-kadang dekat kepada kebinasaan.
Indikasi Sakit dan Sehatnya hati.
Hati seseorang itu bisa sakit, sakitnya hati bisa semakin parah dan ia tidak menyadarinya. Bahkan bisa jadi hati telah mati tanpa disadari pemiliknya. Pertanda hati itu sakit atau telah mati adalah : ia tidak lagi dapat merasakan sakitnya bermaksiat dan betapa menderitanya berada dalam kebodohan tentang kebenaran serta memiliki aqidah yang sesat. Sebab, hati yang hidup pasti merasa tersiksa bila melakukan perbuatan buruk. Begitu pula jika ia bodoh tentang kebenaran.Terkadang seorang yang memiliki hati yang sakit dapat merasakan penyakitnya. Namun ia tidak tahan mengecap pahitnya obat penawar. Dan ia memilih menderita penyakit selamanya.
Diantara tanda sakitnya hati, adalah keengganan mengkonsumsi ” makanan ” yang bermanfaat, justru cenderung kepada yang mendatangkan mudharat. Juga enggan terhadap obat yang berguna dan cenderung kepada penyakit yang berbahaya. Hati yang sehat selalu mengutamakan ” makanan ” yang bermanfaat daripada racun yang mematikan. Makanan terbaik adalah keimanan. Obat terbaik adalah Al Qur’an.
Adapun tanda sehatnya hati adalah “kepergiannya” dari dunia menuju ke negeri akhirat. Di sana ia tinggal, dan seakan-akan menjadi penghuninya. Kehadirannya di dunia ini ibarat orang asing yang mengambil kebutuhannya, lalu ia kembali ke negerinya Kepada Abullah bin Umar Rasulullah berpesan : Di dunia ini hendaknya kamu berlaku seperti orang asing, atau orang yang lewat. ( H.R. Bukhari, Ar Raqa’iq I/233 ).
Tanda sehatnya hati adalah : selalu mengingatkan si empunya, sehingga ia mau kembali ke jalan Allah Ta’ala. Tunduk dan bergantung kepada-Nya seperti bergantungnya seorang yang mencinta kepada yang dicintanya. Ia hanya butuh cinta- Nya. Ia selalu berdzikir dan berkhidmat kepada-Nya.
Tanda sehatnya hati adalah : jika siempunya hati ketinggalan atau tidak sempat melaksanakan wirid ( bacaan rutin berupa dzikir atau Al Qur’an ) atau suatu ibadah, ia akan merasa sakit dan tersiksa melebihi orang kaya yang kehilangan harta. (dari kitab : Tazkiyatun Nufuz wa Tarbiyatuha kama yuqarrirruhu Ulama As Salaf : Ibnu Qayyim Al Jauziyah, Ibnu Rajab Al Hambali, Imam Al Ghazali )

0 komentar:

Posting Komentar

Jazakallah