Kita sudah mengetahui manfaat kebersamaan sebagai salah pondasi keluarga yang kokoh, kuat dan samara. Yaitu; membaiknya komunikasi antar anggota keluarga, menyehatkan mental, menumbuhkan kerukunan, serta membentuk jati diri dan akar sejarah sebuah keluarga.
Dari sini, kualitas dan kuantitas kebersamaan harusnya berjalan beriringan. Artinya, ia bukan sekedar kualitas, sebagaimana sering dijadikan alasan oleh orang-orang sibuk, namun juga dalam kuantitas yang melimpah. Semakin banyak waktu yang kita sediakan untuk menjalani kebersamaan, insyaallah, akan semakin baik.
Hanya saja, kebersamaan yang kita inginkan adalah kebersamaan yang dinikmati seluruh pihak yang terlibat. Kebersamaan yang dirindukan kehadirannya dan dikenang pelaksanaannya. Itu kata kuncinya. Bukan hanya beraktivitas bersama, berada di tempat yang sama dan di saat yang sama, namun tidak terhubung secara hati. Banyak lho, kebersamaan yang dipenuhi pertengkaran, perselisihan, muka-muka yang merengut masam, atau wajah-wajah yang menahan amarah. Kebersamaan yang hanya menyisakan luka dan jiwa-jiwa yang terpaksa.
Karena itu, meski kebanyakan kebersamaan bisa direncanakan sebelumnya, serta dijadikan sebagai kegiatan yang teratur, kita harus peka jika ia hanya menjadi seremonial yang kaku, bisu dan menjemukan. Bukankah sesuatu yang rutin bisa menjebak kita ke dalam kebosanan? Hingga jangan biarkan ia berjalan tanpa menghasilkan kedekatan emosional. Karena ia seharusnya memperkaya wawasan, mengikat hati, dan pada waktu bersamaan, memelihara hubungan di antara anggota keluarga.
Tidak ada salahnya jika, sesekali, kita memunculkan kebersamaan yang spontan, tak terduga dan mengandung unsur surprise. Misalnya saat melihat si kecil sendirian di rumah, sedang kakak-kakaknya belum pulang dari sekolah, kita bisa menawarinya untuk bermain bersama. Atau meminta si kakak menemani adiknya membeli minyak goreng di warung sebelah.
Lalu, apa saja hal yang bisa menjadi ide kebersamaan keluarga, di tengah kesibukan masing-masing dari kita yang sedemikian padat?
Yang pertama adalah makan bersama. Kita bisa merencanakan makan bersama secara teratur. Tidak menjadi soal apakah ia sarapan, makan siang atau makan malam. Intinya adalah mana yang lebih memungkinkan untuk ditempuh dengan komitmen semua pihak untuk menghadirinya.
Yang kedua adalah mengerjakan tugas rumah bersama. Ada banyak kegiatan yang bisa kita lakukan; membereskan tempat tidur, membersihkan rumah, memberi makan hewan peliharaan, mencuci peralatan rumah yang kotor, dan yang lain-lain sesuai kondisi keluarga kita masing-masing. Dan di dalam pelaksanaannya dimungkinkan adanya pembagian tugas. Ayah melakukan A, ibu melakukan B, si sulung melakukan C, dan si adik melakukan D.
Kita harus belajar untuk saling berbicara, berkeringat, kelelahan, dan tertawa bersama. Mengubah waktu yang ada menjadi kesempatan untuk kebersamaan dan berkomunikasi secara efektif, sekaligus menuntun anak-anak agar belajar tanggung jawab dan berbagai ketrampilan yang, insyaallah, berguna bagi mereka kelak.
Yang ketiga adalah bermain bersama. Ia bisa di dalam atau di luar rumah. Termasuk di dalamnya adalah menyalurkan hobi secara sehat. Berkemah, berkebun, piknik, berenang, bersepeda, bermain bola, atau sekedar berjalan-jalan melihat sawah di depan rumah. Ini di antara pilihan-pilihan aktivitas out door. Kita bisa menambah daftarnya, atau memodifikasinya agar lebih sesuai dengan kebutuhan dan bujet yang ada.
Membaca buku, menonton vcd pendidikan, memasak resep warisan keluarga, bercerita pengalaman paling berkesan selama seminggu ini, bermain congklak, atau sekedar tebak-tebakan ringan dan lucu. Ini adalah contoh-contoh yang bisa kita pilih untuk acara in door. Sama, kita bisa merubah dan menambahnya sesuai keperluan.
Yang keempat adalah beribadah dan belajar bersama. Seperti mengajak anak ke masjid untuk shalat berjamaah, menghadiri pengajian, shalat ied di lapangan, membahas satu masalah agama bersama, atau apalah namanya. Intinya adalah pertumbuhan spiritualitas keluarga, dengan mengikat mereka akan seremonial ibadah, serta membangun landasan berfikir yang baik.
Yang kelima adalah acara kebersamaan yang bersifat khusus. Hal ini bisa berupa liburan bersama, perayaan hari raya, syukuran karena kelulusan, aqiqahan adik, pernikahan si sulung, kunjungan ke pesantren untuk menjenguk si tengah, bersilaturahmi ke tempat kakek, dan lain-lain.
Yang perlu kita ingat adalah bahwa, kita beserta seluruh anggota keluarga adalah manusia. Manfaat dari kebersamaan ini adalah memanusiakan mereka; menerima kehadiran, menghargai partisipasi dan menunjukkan kasih sayang. Menjaga kata-kata yang baik, menyentuh dan membelai tanda peduli, hingga memberi hadiah yang tak terduga, akan sangat mengakrabkan kita dengan mereka.
Yang penting juga adalah menyingkirkan hal-hal yang bisa menghalangi kedekatan dan menyita perhatian secara berlebihan. Kalau perlu, matikan telepon dan televisi jika hal itu malah membuat kita sibuk dan pecah perhatian. Karena kita, bahkan tidak perlu melakukan hal-hal yang hebat selain menikmati keakraban yang ada. Percayalah, ini hadiah yang indah untuk keluarga kita! Wallahu a’lam.
0 komentar:
Posting Komentar
Jazakallah