Pendapat itu berdasarkan riset baru di Edinburgh Napier University, seperti diberitakan Telegraph.

Namun, para pakar psikologi Internet sangsi dengan klaim itu, mereka mempertanyakan metodologi penelitian.

Para peneliti mengumpulkan jawaban survei online dari 175 mahasiswa mengenai perasaan mereka terhadap Facebook. Hampir sepertiga responden adalah perempuan.

"Kami menemukan itu benar-benar dialami mereka yang memiliki kontak terbanyak, mereka yang paling banyak mencurahkan waktunya di situs itu, yang paling cenderung menjadi stres," kata Dr Kathy Charles, pemimpin penelitian.

"Itu seperti menjadi saluran berita mengenai diri anda sendiri. Lebih banyak orang yang anda miliki anda lebih merasa ada penonton. Anda hampir merupakan selebritis mini dan dengan penonton lebih besar lebih banyak tekanan yang anda rasakan untuk menghasilkan sesuatu mengenai anda sendiri."

Sebanyak 12 persen responden mengatakan Facebook membuat mereka merasa cemas. Mereka rata-rata memiliki 117 teman di situs itu, dibandingkan mereka yang rata-rata memiliki 75 teman dari sisa siswa.

Dari keseluruhan sampel, 63 persen mengatakan mereka menunda permintaan teman baru.

"Kebanyakan juga mengatakan kepada kami mereka cemas mengenai menarik diri dari situs itu karena takut kehilangan informasi sosial penting atau menyinggung kontak," kata Charles.

Eleanor Barlow, seorang managing consultant yang mengkhususkan diri pada psikologi cyber di IBM, mengatakan klaim itu menarik, tetapi tidak harus diterapkan kepada populasi lebih luas di Facebook.

"Para siswa sering menggunakan Facebook dalam cara yang agak berbeda dari sebagian dari kita," dia menjelaskan.

"Mereka mengeksplorasi identitas mereka pada masa itu, termasuk secara online."

Meskipun sifat Facebook yang akrab diantara para siswa, riset Edinburgh Napier menemukan bahwa pengguna sering merasa itu hanya menawarkan ganjaran sederhana atau lemah.

"Seperti berjudi, Facebook mempertahankan para pengguna dalam 'neurotic limbo', tidak mengetahui apakah mereka harus bertahan di sana untuk berjaga-jaga mereka ketinggalan sesuatu yang bagus."

Pada bulan November diklaim oleh tulisan para dokter dalam The Lancet bahwa stres karena pembaruan Facebook memicu serangan asma pada seorang gadis berumur 17 tahun.*