Blogroll

Bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa mengajarkan suatu ilmu, maka dia mendapatkan pahala orang yang mengamalkannya, tidak mengurangi dari pahala orang yang mengamalkannya sedikitpun".
"Barangsiapa dikehendaki baginya kebaikan oleh Allah, maka Dia akan memberikan PEMAHAMAN AGAMA kepadanya.” (HR. Bukhari no. 71 dan Muslim no. 1037)

Pages

Senin, 29 Agustus 2011

Klo Akhwat Jangan Genit !!




Jadi Akhwat Jangan Genit
Pakai bedak kok sampe enam lapis
Maunya sih biar kelihatan manis
Belum lagi minyak wangi yang seember
Apalagi tujuannya kalau bukan biar para ikhwan lumer

Jadi Akhwat Jangan Genit
Pakaian takwa katanya ribet
Bikin mata juga jadi sepet
Akhirnya...
Jilbab saringan tahu pun dipakainya
Keseksian tubuh yang kelihatan malah membuat bangga
Terbayang pujian yang bakal di terima
Waaahhh belum tahu ya neng, kalo yang bgono bisa jadi ahli neraka!!

Jadi Akhwat Jangan Genit
Nyamperin ikhwan bisa tiap menit
Kalo perlu pasang status kalo lagi sakit
Sambil sedikit- sedikit menangis, ah menangis kok sedikit sedikit
Dalam hati ...yes!!go get them baby!!
Sang ikhwanpun ga kuat hati
Dijawabnya status dengan " sudah baikan ukhti?"
Jiah, halo sodara-sodara, amnesia kah kalau Allah selalu mengawasi
Woy dimana itu malu hati?

Jadi Akhwat Jangan Genit
Suarapun di buat mendayu- dayu
Kalo ikhwan lewat pasang aksi biar kelihatan paling ayu
helehh..gimana sih mbak yu
Dimana semangat dakwahmu?

Jadi Akhwat Jangan Genit
suka nelpon-nelpon ikhwan tanpa acara yang jelas dan lama banget
setelah itu mau aja diajak ketemuan romantis dan suasana yang anget
yaaah, si ikhwannya pun ternyata pasang posisi
alasannya pun hebat euy, amanah kaderisasi

Jadi Akhwat Jangan Genit
Nyolong liat foto ikhwan di facebook..
Langsung deh ilang seketika itu mata yang ngantuk
Setelah itu berganti acara.. dipilih! dipilih!..
Kalo dah kegaet..hmmm langsung sikat tanpa risih

Jadi Akhwat Jangan Genit
Suka bercanda lengket dengan ikhwan
Lalu berlanjut dengan es em es an
Setelah itu terwujudlah perhatian yang kelewatan
Ujung- ujungnya berganti status dengan pacaran

Jadi akhwat jangan genit
Tampil dengan sejuta pesona yang memikat
Harap harap cemas moga sang ikhwan mau mendekat
Asik deh, akhirnya bisa jg ikhtilat…
Selanjutnya...
Zina pun menjadi hal yang nikmat..
Tapi sayang banget, udah pasti situ dapet laknat..
Naudzubillah, karena itu sudah pasti maksiat

Jadi Akhwat Jangan Genit
Kalo sudah tekdung siapa yang rugi?
Ilang juga kan akhirnya harga diri
Orang tua pun ikut bersedih
Karena besarnya aib yang mengiris perih

Jadi Akhwat Jangan Genit
Maka dari itu jaga diri baik- baik
Jaga akhlak agar selalu apik
Jaga iman agar terasa resik
Jangan malah menyebar fitnah sehingga dunia jadi terbolak balik

Jadi Akhwat Jangan Genit
Duh..akhwat pesonamu memang mematikan
Menjadi celah kelemahan para ikhwan- ikhwan
Maka jagalah dirimu agar tetap kelihatan menawan
Menawan dalam pandangan sang maha Rahman
Sampai-sampai bidadaripun akan cemburu
Ketika kau bisa menjadikan diri BUKAN sebagai obyek berburu

Jadi Akhwat Jangan Genit
Kau bagaikan mutiara
Kecantikanmu tiada tara
Jika kau menjaga dirimu tetap pada aturan
Maka kau pantas menjadi harapan
Harapan bagi suamimu nanti
Yang insyaallah akan sungguh berbangga hati
Karena memiliki istri yang pintar menjaga diri

Jadi Akhwat Jangan Genit
Jangan kawatir, semua ada waktunya
Bersabarlah sampai tiba saat kau akan bahagia
Maka kau akan teramat bangga dalam rasa
Karena kau tidak perlu menggadaikan dirimu dalam dosa

Klo Ikhwan Jangan Genit


Jadi ikhwan jangan genit
Kalau diluar tampil alim dan sangat sibuk
Tapi waktu dengar adzan, ke masjidpun jadi yang paling ngantuk
Apalagi kalau mau datang waktu Jum'atan
Beuh,lewat depan rumah si akhwat dengan tampilan paling jantan
Seakan dia sedang memikirkan berbagai hal
Padahal tujuannya nggak jauh- jauh dari update sendal
Astagfirullah....

Jadi ikhwan jangan genit
Pengen banget disebut ikhwan.. biar kelihatan tambah wah..
Tapi jarang banget yang namanya tilawah..
Apalagi kalau soal dakwah
Selalu bilang... lu duluan aja dah
Dalam hati mau jujur sajalah
Dakwah buat kepala cenat-cenut dalam- dalam..
Selanjutnya lebih enak ngedengerin " cinta satu malam"

Jadi ikhwan jangan Genit
Kamuflase pun berlanjut
Menyerang hati yang kena penyakit akut
Coba- coba tampil super jaim didepan para akhwat
Sambil berharap agar lebih memikat
Ikhwan genit pun matanya mulai jelalatan,
Kalau ada akhwat yang melintas di depan
Cepat- cepat beri penilaian
Loh.. loh matanya masih aja "belanja"
Pas diingetin bilangnya, "ah cuman pandangan pertama yang nggak Disengaja"
Si ikhwan genit akhirnya pasang kuda- kuda
Deg.. deg.. benar- benar terbanyang dihati dan kepala
Ya Allah apakah ini jodoh saya?
Lebay...

Jadi ikhwan jangan genit
Banyak memanfaatkan amanah dakwah untuk kepentingan diri
Dan pikirannya hanyalah tentang akhwat dan proses seleksi
Coba lihat koleksi foto akhwatnya
Kalo dilihatin bisa dag dig dug di dada
Sampai- sampai bisa buat si ikhwan kelenger
Supaya awet, ditaruhnya tuch foto dibackground komputer
Ajiib....

Jadi ikhwan jangan genit
Akhirnya si akhwat minta ditolong
Benerin komputer yang katanya meledak ampe gosong
Kepintaran si ikhwan membuat sang akhwat terkesan
Percakapanpun di susul dengan hal yang nggak relevan
Sampai akhirnya bicara juga tentang pemograman
Ahay, tapi si ikhwan dalam hati berharap, lumayan kalau nanti Akhirnya bisa kenalan

Jadi ikhwan jangan genit
Acara chating pun berlanjut dengan si akhwat
Kalo ditegor katanya "ah cuma sambil lewat"
Pakai alasan buat dakwah di dunia maya
Tapi kok skalian pasang foto yang paling gaya
Maksud awal ingin sampein materi
Eh malah ujungnya nanya " sudahkah anda ta'aruf ukhti?"
Si akhwat menjawab malu- malu "belum, memang kenapa akh?"
Si ikhwan menyambut lega, "alhamdulillah"
Percakapanpun berlanjut dengan yang sangat pribadi
Please dey, trus esensi dakwah tuh apa kabarnya ini?

Jadi ikhwan jangan genit
Sekarang mulai suka sekali sms tausiyah
Padahal sebenarnya dia kangen akhwat idola sampai berdarah- darah
Sang akhwat menyambut dengan ucapan terimakasih
Si ikhwanpun kegirangan ampe tuna ekspresih
Oh noo...

Jadi ikhwan jangan genit
Menginjak acara selanjutnya,
Iseng- iseng ditelpon itu akhwat idola
Katanya sih urusan darurat
Darurat sih darurat tapi kok betah sampe jam 12 malam lewat
Ampe lupa kalo mata tinggal setengah watt

Jadi ikhwan jangan genit
Para ikhwan, apakah kau masih ingat
Atau mungkin pernah engkau catat
Bahwa ada hal yang lebih penting dari sekedar wanita
Walau itu adalah celah kelemahanmu yang paling nyata
Tapi urusan jodoh itu hal yang ghoib
Jangan kotori diri dengan aib
Lebih baik mulai menjaga izzah
Atau bakal jauh dari naungan dakwah
Nggak perlu pakai tebar pesona terbaik
Dengan iman kau menjadi yang paling apik

Jadi ikhwan jangan genit
Engkau laki- laki penuh dengan amanah
Engkau akan menjadi pemimpin keluarga yang sakinah
Maka dari itu jangan "suka- suka gue dah"
Mulailah belajar hidup terarah
Terarah dalam aturan sang maha rahman
Sehingga hidupmu akan penuh dengan kedamaian.

Kembalilah pada Fitrah Tauhid, Jangan Takut Dicap Radikal


 Tidak seperti umat Islam pada umumnya yang bisa merayakan Idul Fitri dengan mudik ke kampung halaman, shalat Id di tanah lapang atau bersilaturrahim dengan sanak famili, handai taulan, sahabat karib dan para tetangga.
Tahun ini adalah tahun kedua Ustadz Abu Bakar Ba’asyir menghabiskan masa Ramadhan dan Idul Fitri di dalam sel penjara. Bagi ulama sepuh yang juga amir Jama’ah Anshorut Tauhid (JAT) ini, vonis zalim 15 tahun penjara yang diterima 16 Juni lalu sama sekali tak menyurutkan nyalinya untuk terus menyuarakan dakwah, tauhid dan jihad. Gaya khasnya pun tak berubah, yakni bicara apa adanya tanpa tedeng aling-aling.
Di penghujung Ramadhan 1432 H, voa-islam.com bersilaturahmi ke sel Bareskrim Mabes Polri, Jum’at (26/8/2011). Ditemui usai shalat Ashar, dengan senyum ramahnya Ustadz Abu mempersilakan jurnalis voa-islam.com duduk di samping kursi beliau.
Dampingi sang istri, Aisyah baradja yang akrab disapa Ummi Icun, Ustadz Abu menitipkan taushiyah Idul Fitri 1432 H kepada umat Islam, khususnya pembaca voa-islam.com. Berikut petikannya:  
Idul Fitri itu, maknanya seseorang kembali kepada fitrah. Fitrah manusia itu tauhid. Dalam surat Al-A’raf ayat 172 Allah Ta’ala berfirman:
“Dan (ingatlah) ketika Tuhan-mu Mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah Mengambil kesaksian terhadap roh mereka (seraya Berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhan-mu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.” (Kami Lakukan yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini,”.
Jadi setiap manusia itu lahir di atas fitrah tauhid. Semua manusia itu lahir dalam keadaan Islam, tapi kemudian menjadi Kristen atau  Yahudi itu pengaruh dari ayah dan ibu serta lingkungannya.
Fitrah itu artinya kembali kepada tauhid yang murni. Sekarang, fitnah terbesar yang dihadapi rakyat Indonesia itu justru rusaknya tauhid, itulah yang harus dikembalikan. Jadi, di hari Idul Fitri ini kita harus kembali kepada tauhid yang murni menurut ketetapan Allah dan Rasul-Nya.
....Tauhid ini rusak karena doktrin atau ideologi-ideologi sesat nasionalis, sosialis, demokrasi dan Pancasila...
Tauhid ini rusak karena doktrin dien-dien atau ideologi-ideologi sesat nasionalis, sosialis, demokrasi, dan Pancasila. Itulah yang merusak tauhid. Akhirnya dalam mengamalkan Islam terjadi talbisul-haq bil-bathil, yaitu mencampuradukkan antara yang haq dengan yang bathil).
Tauhid yang murni itu begini sikapnya hanya Islam, titik! Kalau ada tawaran lain di luar Islam, katakan tidak! Apapun namanya mau demokrasi, Pancasila, katakan tidak! Cukup dengan Islam, titik !
Sikap inilah yang selama ini hilang. Dengan alasan demi persatuan, akhirnya menerima (paham di luar Islam, ed.) sehingga menjadi tidak karuan. Sampai ada istilah Muslim Pancasila, Muslim Demokrat, Muslim Sosialis, Muslim Nasionalis, dan seterusnya. Padahal Allah tidak menamakan Islam seperti itu, Allah hanya menamakan Muslim, titik! Oleh  karena itu, tolak semua yang di luar itu Islam, tanpa ada pertimbangan apapun!
Jadi, sejak awal merdeka, salahnya umat Islam dalam masalah tauhid itu. Mereka mau menerima dien di luar Islam yang dicampur dengan Islam, akhirnya yang rusak Islamnya. Ibarat air, air jernih kalau dicampur dengan air kotor, maka yang rusak adalah air jernih. Air jernih menjadi kotor, bukan air kotor yang jadi jernih.
Sikap tauhid yang murni ini memang dibenci oleh Yahudi dan Nasrani, itulah yang dimaksud dalam Surat Al-Baqarah ayat 120:
"Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu (Muhammad) sebelum engkau mengikuti agama mereka.”
...Tauhid yang murni ini memang dibenci oleh Yahudi dan Nasrani. Oleh para thaghut, kebencian ini dibahasakan dengan istilah Radikal...
Nah, oleh para thaghut di Indonesia (kebencian ini) dibahasakan dengan istilah Radikal, kemudian diupayakan untuk mengatasinya dengan Deradikalisasi supaya mau talbisul-haq bil-bathil lagi. Deradikalisasi ini sudah diisyaratkan dalam Al Qur’an surat Al-Qalam ayat 8-9:
"Maka janganlah engkau patuhi orang-orang yang mendustakan (ayat- ayat Allah). Mereka menginginkan agar engkau bersikap lunak maka mereka bersikap lunak (pula).”
Deradikalisasi ini bahaya, mereka mau melunakkan kembali, padahal kalau urusan tauhid itu harus keras, tidak boleh lunak. Jadi yang dimaksud Rasulullah SAW dengan “asyidda’u ‘alal-kuffar” itu bukan keras secara fisik tetapi tauhid, ini yang harus ditekankan umat Islam.
Kalian (para thaghut, ed.) mau mengatakan apa saja silakan, biar saja walau karihal Kafirun, meskipun orang-orang kafir itu membenci. Tidak boleh urusan agama itu meminta ridhanya orang kafir! Jika kalian orang kafir) mau, silakan bersama kami. Tapi jika tidak, silakan pergi!
Dengan momen Idul Fitri ini, mudah-mudahan umat Islam bisa kembali kepada fitrah manusia yaitu tauhid.

Mengapa Gue Belum Berjilbab?


Mengapa belum berjilbab? Kalo ditanya satu pertanyaan ini, jawabnya sih macem- macem. Mule dari prasaan masih kepengen gaya, ato ketakutan kalo orang naruh high expectasi tentang pengetahuan agama yg kudu gede ke kita. Selain itu may be dari kamu mrasa kudu ngaca diri, ntah karena sholatnya bolong-bolongnya masih parah banget, ato karena urusan masih punya pacar, dll, dsb.  Seribu satu alasan niy yang bikin ragu2 dan jadi alasan paling kuat dari sebagian besar cewek- cewek muda yg ingin berjilbab.

Tapi kalo ditanya, apa kamu islam? pasti jawabnya iya. Girls, semua yang ada di dunia pasti penuh dengan konsekwensi. Jadi orang islampun juga kaya' gitu. Saat kita bersyahadat, bersumpah kalo tidak ada tuhan selain Allah, dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah, brati kita udah ikrar kalo kita akan patuh pada semua aturan en batasan yang dibuat Allah Subhanahu Wata'ala dan yang ada dalam sunnah Rasulullah Salallahu alaihi Wassalam. Nggak pake nawar apalagi ngeles, hee..
Coba deh switch pemikiran kamu, bayangin gimana kalo orang idup, apalagi kita yang muda- muda ini, idup tanpa ada batasan. Bebas aja, tralala trilili. Pertama sih mungkin ngerasa bakalan enjoy ajah, tapi akhir- akhirnya pasti bakal nyesel. Bukan apa- apa sob, emang udah takdir dari sononya, yang namanya manusia hidup butuh aturan, kalo nggak yach apa bedanya sama hewan. Aturan tuh bukan buat ngikat apalagi nyiksa, tapi muliain manusia.
Kalo masih ragu tentang jilbab kamu, coba deh berpikir positif skali lagi. Jilbab bukan menyiksa apalagi paksaan buat kamu. Tapi alhamdulillah walo cuman sekedar kain, itu bisa semacam alarm berjalan kamu yang justru bakal ngingetin kalo mau maksiat. Hidup dalam aturan tuh sebenarnya nikmat, en nggak mengekang. Dan satu- satunya yang terkekang dari aturan itu adalah nafsu kamu.
Dengan pakai jilbab kamu akan lebih mudah dikenali sebagai seorang muslimah. Jangan minder dengan identitas diri yang kamu punya. itu kebanggaan loh.Simbol dari kamu yang udah taat ato mungkin baru belajar taat, bukan cuman sama ortu tapi sama Zat yang udah ngebentuk kamu jd secantik sekarang. Belum lagi penilaian kalo pengendalian diri kamu brati udah ada sementara yang laen malah milih seenak nafsu mereka sendiri. So, kamu lebih baik kan?

Dan siapa bilang kalo dengan pake jilbab brati kita memangkas potensi diri? Ah udah nggak jaman banget punya pikiran bgono sob. Contoh udah banyak, nggak kudu disebutin satu- satu. Nggak di tipi ato may be di lingkungan sekitarmu, pasti kamu udah bisa menilai sendiri kan.

Apa kamu juga masih bingung soal konsekuensi pengetahuan agama yang kudu gedhe kalo udah berjilbab? jangan kawatir dah. Yang namanya belajar kan proses non, nggak bisa sekali duduk langsung langsung Ting! paham gitu. Khayalan banget tuh. En  Sepintar- pintarnya manusia nggak kan mungkin melebihi dalamnya ilmu Allah. Kalo ada manusia laen yang ngerasa dirinya lebih pintar dari kamu trus ngejek ato ngerendahin kamu, nggak usah minder lagih, tu brarti dia juga belum banyak berilmu. Nggak ada cerita orang yang berilmu dan takut sama Allah akan sombong sob.

Bener deh, hidayah itu indah banget teman. En kamu baru bisa ngrasain indahnya kalo kamu ndiri terlibat didalamnya. Dan syarat biar kita ngedapet hidayah, trus ringaan banget nglakuin kebaikan, cuman satu. Kita kudu ikhlas nglakuin semua karena Allah. Coba deh, buang prasaan nggak mau tau ato sekedar nafsu dunia kita bentaran ajah. Kita bahas sedikit tentang ini. Bayangin ajah gimana kalo orang yang diperintah boss nya yang udah ngegaji dia, ngasih dia banyak hal, belum lagi berjasa banget dalam hidup dia, tiba- tiba pas itu boss perintahin dia sesuatu, tapi aja masih juga tuh orang ngeles dengan alesan yang nggak mutu. Bayangin pasti bakal marahnya kaya' apa coba. Orang juga bakal menilai nggak tau trimakasih en kurang ajar banget kan tuh orang. Fiuuh, tuh baru manusia dengan manusia, trus pgimana crita kalo tuh adalah antara kita dengan Allah, sob. Bisa mikir ndiri kan klanjutannya.

Bisa ngitung nggak, sbanyak apa yang udah dikasih Allah ma kita?. Pasti dijamin 100% nggak bakalan abies kalo di itung. Trus kembali ke soal perintah pke jilbab, mungkin nggak kalo yang Maha Penyayang tiba- tiba cuman mau nyengsaraain kita dengan semua tuh. Pecaya aja dah, asli, perintah Allah nggak akan ngejahatin apalagi nyiksa kita, yang ada malah kita sendiri yang sering kali nggak cukup baik ngejaga diri kita.

Allah yang paling muliakan kita, lebih dari diri kita sendiri. Allah juga yang paling ada buat kita saat siapapun nggak ada buat nemenin kita.
Kadang kita lebih banyak ngedahuluin akal en prasaan plus prasangka- prasangka yang nggak mutu en belon valid kebenarannya. Ya gitu dey, kebukti kan, kalo setan nggak bakal rela liat kita baek. Dikasih aja was- was ketakutan en kecerdasan buat ngeles dengan seribu satu alesan. Tapi ujung-ujungnya pasti deh, kerugian juga bakal balik ke kita lah, siapa lagih. So, cepet ambil keputusan yang terbaik buat idup kamu, lagian dah gedhe inih juga kan. Buktiin kalo kamu bisa Jadi pemimpin terbaik dari  diri kamu sendiri, en buat kebanggan atas semua itu, buat diri kamu sendiri, girls. Good Luck!.

Kamis, 25 Agustus 2011

“Hukum Wanita Memakai Parfum”

Hukum Memakai Parfum” ketegori Muslim. Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wa barakatuh,Ustadz Ahmad Sarwat, Lc. yth., dalam penjelasan Ustadz mengenai Hukum Makanan Hasil Peragian, secara sepintas telah Ustadz jelaskan bahwa tidak mengapa menggunakan parfum yang mengandung alkohol dalam shalat karena tidak termasuk benda najis. Saya ingin menanyakan mengenai hukum pemakaian parfum baik itu mengandung alkohol ataupun tidak mengandung alkohol; dan perbedaan hukumnya untuk wanita maupun pria . Mohon diberikan penjelasan secara detail dengan dalil-dalilnya.
Wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wa barakatuh,
Joko Pranowo
Jawaban
Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh,
Di luar dari kandungan alkoholnya, sesungguhnya penggunaan parfum adalah merupakan anjuran Rasulullah SAW, sehingga hukumnya sunnah. Dan memang sebenarnya parfum itu adalah sunnah para rasul, sebagaimana sabda beliau:
أربع من سنن المرسلين: الحناء, والتعطر, والسواك, والنكاح
Empat perkara yang merupakan sunnah para rasul: (1) Memakai hinna’, (2) memakai parfum, (3) bersiwak dan (4) menikah
Rasulullah SAW sendiri secara pribadi memang menyukai parfum, sebab beliau menyukai wewangian secara fitrah
حبب إلي من دنياكم: النساء والطيب, وجعلت قرة عيني في الصلاة
Telah dijadikan aku menyukai bagian dari dunia, yaitu menyukai wanita dan parfum. Dan dijadikan sebagai qurroatu a’yun di dalam shalat.
Bahkan di dalam beribadah, umat Islam dianjurkan untuk memakai wewangian, agar suasana ibadah bisa semakin khusu’ dan menyenangkan.
بن عباس رضي الله عنهما قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم إن هذا يوم عيد جعله الله للمسلمين, فمن جاء منكم إلى الجمعة فليغتسل, وإن كان طيب فليمس منه, وعليكم بالسواك
Dari Ibni Abbas ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,’Hari ini adalah hari besar yang dijadikan Allah untuk muslimin. Siapa di antara kamu yang datang shalat Jumat hendaklah mandi dan bila punya parfum hendaklah dipakainya. Dan hendaklah kalian bersiwak.
Namun di sisi lain, ada juga dampak negatif dari pemakaian parfum ini, terutama bila dipakai oleh wanita. Sehingga bila dipakai secara berlebihan, hasilnya justru akan menimbulkan fitnah tersendiri. Karena penggunaan parfum buat wanita agak sedikit dibatasi, demi menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, terutama masalah fitnah hubungan laki-laki dan wanita.
Karena itulah Rasulullah SAW menetapkan bahwa bila wanita memakai parfum, hendaknya menggunakan yang aromanya lembut, bukan yang menyengat dan menarik minat laki-laki.
عن أبي هريرة رضي الله عنه طيب الرجال ما ظهر ريحه وخفي لونه, وطيب النساء ما خفي ريحه وظهر لونه رواه الترمذي والنسائي
Dari Abi Hurairah ra, Parfum laki-laki adalah yang aromanya kuat tapi warnanya tersembunyi. Parfum wanita adalah yang aromanya lembut tapi warnanya kelihatan jelas.
Bila sampai demikian, maka Rasulullah SAW sangat melarangnya, bahkan sampai beliau mengatakan bahwa wanita yang berparfum seperti itu seperti seorang pezina.
أيما امرأة استعطرت, فمرت بقوم ليجدوا ريحها فهي زانية
Siapa pun wanita yang memakai parfum lalu melenggang di depan laki-laki agar mereka menghirup bau wanginya, maka wanita itu adalah wanita pezina.
Karena itu maka bagi para wanita, sebaiknya mereka agak mengurangi volume penggunaannya. Kalau pun harus menggunakannya, maka pilihlah yang soft dan tidak terkesan terlalu keras. Juga harus diperhatikan agar jangan sampai terlalu dekat dengan laki-laki dalam pergaulan, agar jangan sampai jatuh pada ancaman dari Rasulullah SAW.
Wallahu a’alm bishshawab, wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Cara Berkerudung yang Baik


jilbab_benar_03.jpgjilbab_benar_02.jpgjilbab_salah_01.jpgjilbab_salah_02.jpgjilbab_salah_03.jpgSo,inti dari penggambaran di atas adalah,Wanita muslimah wajib hukumnya mengenakan pakaian yg mnutup aurat...sedangkan aurat wanita adalah seluruh tubuhnya,kecuali telapak tangan dan wajah. Mnutup aurat bukan sekedar menutup,karena Rasulullah brsabda,"banyak wanita yang berpakaian tetapi seperti telanjang".
Untuk para wanita muslim Ikuti ya.......

Talkshow Stop Vaksin di Jombang Seru, Saatnya katakan tidak pada vaksin!

JOMBANG  – Semarak! Ummat Islam di Jombang dengan antusias mengikuti Talkshow Stop Bahaya Vaksin, bertema : “Selamatkan Anak Indonesia dari Bahaya Imunisasi dan Vaksinasi.”, yang diselenggarakan pada hari Ahad, 21 Agustus 2011 di Aula PSBR DINSOS, Jombang, Jawa Timur. Seluruh peserta talkshow sepakat bahwa kini saatnya untuk mengatakan tidak pada vaksinasi. Allahu Akbar!
Vaksinasi, konspirasi dan senjata zionis yahudi hancurkan ummat Islam!
Pagi itu, Ahad, 21 Agustus 2011, Aula PSBR DINSOS, Jombang, Jawa Timur dipadati ummat Islam. Mereka tidak hanya dari kota Jombang, melainkan ada yang datang dari Blitar, Jember, Malang, Kediri, Madura bahkan Surabaya. Semuanya satu tujuan, mengikuti Talkshow Stop Bahaya Vaksin yang diadakan oleh Sharia4Indonesia-Divisi Pelayanan Umat Bidang Kesehatan bekerjasama dengan Langit Biru Production, Griya Ternak, dan Naturaid.
Tepat pukul 09.00 WIB, acara dibuka oleh Ketua Panitia dan langsung diserahkan kepada moderator untuk memandu jalannya acara. Seluruh pembicara Alhamdulillah hadir, yakni Hj. Ummu Salamah, SH, Hajjam, Penulis buku Best Seller : Vaksinasi, dampak, Konspirasi & Solusi sehat ala Rasulullah SAW, Ustadz Faisal Ishaq, Direktur Naturaid Center, Pakar Pengobatan Nabawi, dan Ustadz M Fachry, Pimpinan Redaksi Arrahmah.com.
Hj. Ummu Salamah pada kesempatan pertama menyampaikan pengalaman pribadi beliau dipaksa suntik vaksin meningitis yang mengakibatkan beliau mengalami krisis kesehatan, kejang, tercekik, hingga terasa akan mati. Ini adalah krisis kesehatan yang kedua dalam kehidupannya, sebelum beliau akhirnya back to nature ke pengobatan ala Nabi Muhammad SAW.
Pengalaman krisis kehidupan terkait masalah kesehatan pernah dialami oleh Hj. Ummu Salamah sebanyak dua kali, yakni pada tahun 2002 dan 2007, dan seluruhnya diceritakan dalam buku beliau “Imunisasi, Dampak, Konspirasi & Solusi Sehat ala Rasulullah SAW., yang kini telah memasuki cetakan ke-7. Selanjutnya, beliau memaparkan seluruh hal terkait vaksinasi secara tuntas dan lengkap.
Pada kesempatan kedua, Ustadz M Fachry dari Arrahmah.com mempresentasikan makalah berjudul “Vaksinasi, Konspirasi medis hancurkan Islam”. Dalam pemaparannya, Ustadz M Fachry menguak adanya konspirasi yahudi zionis Israel yang berada di balik proyek vaksinasi dan imunisasi. Mengutip Flexner Brother, beliau menyampaikan bahwa yang mendanai vaksinasi pada manusia untuk pertama kali adalah keluarga Rockefeller, salah satu keluarga Yahudi dan anggota Zionisme Internasional. Mereka pulalah yang kemudian mendirikan WHO.
Dalam makalahnya, Ustadz M Fachry juga mengungkapkan adanya dugaan fatwa pesanan oleh PT Biofarma, produsen terbesar vaksin di Indonesia, kepada MUI, hingga dengan mudahnya Ketua MUI, KH Maruf Amin, mengatakan bahwa vaksin imunisasi itu halal dan baik, dalam acara seminar dan lokakarya nasional sosialisasi “Vaksin Imunisasi Halal dan Baik” di kantor MUI, Jalan Proklamasi, Jakarta (Sabtu, 23/7).
Padahal, setelah dikonfirmasi ke Prof.Dr.Tuntedja, dari LP POM MUI, beliau menyampaikan bahwa PT Biofarma belum dapat dan belum daftar untuk diaudit. Bahkan, Dra.Hj.Welya Safitri, M.Si, Wakil Sekjen MUI, mengatakan hal yang mengejutkan, “MUI tidak pernah menghalalkan vaksin yang  diproduksi PT Biofarma.” Jadi, pemberitaan media tentang pernyataan MUI menghalalkan vaksin itu tidak benar, berita itu dibuat oleh media sendiri dan PT Biofarma. Ironis! Seluruh peserta talkshow sepakat dan menyetujui agar fatwa pesanan tersebut digugat!
Saatnya katakan tidak pada vaksin!
Ustadz Faishal Ishaq, Direktur Naturaid Center yang sekaligus pakar pengobatan nabawy, tampil di kesempatan berikutnya. Dengan gaya santai dan interaktif, Ustadz Faishal yang mengaku hanya seorang tabib ini, mengajak seluruh peserta talkshow untuk lebih memahami lagi apa itu vaksin dan bahaya di baliknya. Menurut beliau, program vaksin saat ini berhasil, karena berhasil mengurangi jumlah umat manusia.
Ustadz Faishal secara santai dan menggelitik, juga mengungkapkan berbagai pengalaman pribadinya, kesehatannya, sehingga dirinya memilih untuk kembali ke pengobatan ala Nabi SAW. Beliau juga menuturkan pengalaman bagaimana bisa ‘lolos’ dari paksaan suntik vaksin haji, yakni vaksin meningitis, yang tentunya menarik minat para peserta talkshow yang ingin berhaji.
Di sesi tanya jawab, para peserta yang cukup membludak memenuhi ruang aula PSDR DINSOS Jombang tidak sabar lagi mengajukan pertanyaan, pernyataan, dan juga usulan. Ada yang menanyakan solusi vaksinasi secara detail kalau kita menolaknya, sampai kepada curhat tentang paksaan untuk vaksin, terutama pada calon jama’ah haji yang diharuskan untuk divaksin meningitis.
Seluruh pertanyaan dijawab dan dijelaskan secara tuntas dan detail oleh seluruh pembicara. Para peserta masih kurang puas, hingga ditambah dengan sesi tanya jawab yang kedua. Hingga acara berakhir, seluruh peserta dengan antusias tetap mendengarkan talkshow berlangsung. Semuanya sepakat bahwa kini sudah saatnya untuk mengatakan tidak pada vaksin. Allahu Akbar!

Jumat, 19 Agustus 2011

Celaka,Kisah Ulama Karpet dan Ulama Robbani



Di dunia ini ada dua karpet yang mengukir sebuah cerita. Satu karpet yang indah dan mahal ada di istana Negara dan satunya lagi karpet murahan dan lusuh ada di sebuah mushalla tua. Dua karpet yang beda kualitas dan harga namun merangkai kisah yang berbeda.
Karpet yang ada di istana Negara walaupun mahal dan berkualitas nomer satu namun menjalani kehidupan yang hina. Diinjak-injak oleh kaki yang memakai sepatu hasil korupsi di setiap harinya, dilalui oleh para pengkhianat Negara disetiap ada pertemuan dalam menyusun makar demi makar menjarah negara. Kasihan sekali nasib si karpet.
Dan karpet yang kedua walaupun murahan dan lusuh yang ada di mushalla namun semua kepala sujud kepada Rabb di atasnya. Alas kaki semahal apapun dilepas ketika akan menginjaknya, ada rasa takzim ketika akan melangkah melaluinya. Sebuah derajat yang sangat tinggi untuk sebuah benda murahan dan lusuh itu.
Begitu juga seperti ulama dan intelektual, ketika mereka mengitari para penguasa lambat laun mereka hanya menjadi alas kaki para penguasa. Kebenaran hanyalah bagian dari masa lalu yang harus dilupakan karena itu bukan selera tuan mereka. Harga diri pun hanya dihargai seberapa tebal amplop yang diterima dan seberapa nikmat fasilitas yang diberikan. Karena menjilat kepada penguasa, kebenaran pun bisa disesuaikan, tergantung pesanan dan kemauan yang memberi para ulama dan intelektual itu kenikmatan duniawi.
Walaupun sudah banyak ulama dan intelektual menjadi alas kaki penguasa, masih ada ulama yang berjuang di masjid-masjid, di mimbar-mimbar menerangkan kebenaran dan mencahayai jalan yang telah gelap oleh orang-orang yang kehilangan agama dan harga diri. Mereka adalah ulama Rabbani yang menolak tunduk dan patuh kecuali kepada Rabbnya. Mereka adalah yang tersisa dari bencana tsunami yang menerjang tauhid dari segala penjuru mata angin. Ya merekalah yang membuat langit menurunkan hujan dan rahmat Allah masih menyapa setiap insan karena doa-doa tulus mereka.
Temuilah mereka yang masih bersih jiwanya, lurus tauhidnya dan benar kata-katanya. Temuilah mereka di masjid-masjid samping rumah, di depan kantor dan di sela-sela keramaian dunia. Jangan pernah menemui manusia yang telah berjalan beriringan dengan penguasa, sedikit banyaknya mereka telah memaniskan kata-katanya di hadapan penguasa untuk menarik hati si penguasa dan menikmati apa yang dimiliki oleh penguasa. Curigailah mereka karena hati yang bersih tak akan pernah bertemu dengan jiwa kotor berlumpur syirik.
Bila engkau bertemu mereka dan telah mereguk manisnya tauhid, nikmatnya madu sunnah dan melihat kesesuaian jalan mereka dengan Al-Quran dan Sunnah, titipkan salamku kepada mereka dan mintalah kepada mereka, “Jangan lupakan kami orang-orang lemah di negeri tertindas ini dalam doa-doa tulusmu.”
Kemuliaan hanya milik Allah, Rasul dan orang-orang beriman tapi orang-orang munafik itu tidak mengetahuinya. Wallahu a’lam!

Surat Ku Untuk Mu

 

Alhamdulilah.....

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Apa kabar saudaraku yang dimuliakan Allah? Mudah-mudahan Allah memberimu hidayah atas ketidakthuanmu tentang tuduhan kepadaku sebagai Khawarij sesat.
Alasan apa yang menjadikan kalian menuduh kami Khawarij? Jika karena penampilan saudara kami bercelana cingkrang berjenggot panjang kalian tuduh sebagai Khawarij, maka kami rela disebut Khawarij. Padahal sesungguhnya celana cingkrang dan berjenggot ini kami lakukan sebagai upaya menghidupkan sunnah Rasulullah di saat orang ramai meruntuhkannya.
Jika karena niqab dan hijab lebar saudari kami menjadikan kalian menuduhnya sebagai Khawarij, maka saksikanlah, kami rela disebut Khawarij. Padahal sesungguhnya niqab dan cadar ini telah menjadi pakaian takwa wanita-wanita mulia di sisi Rasulullah. Diperkuat dengan nas syar’i dalam surat Al Ahzab 59 dan An Nur 31.
Jika karena tangan kami menolak berjabat tangan dengan lawan jenis bukan mahram membuat kalian menuduh kami sebagai Khawarij sesat yang menutup diri dan tidak menghargai perbedaan agama, sesungguhnya tiada beban bagi kami memegang prinsip Islam, meski tuduhan Khawarij kalian lekatkan pada kami.
Jika karena sikap kami yang tidak mau patuh dan tunduk pada pemerintah yang tidak menerapkan hukum islam menjadikan kalian menyudutkan kami dengan gelar Khawarij, maka kami pun rela dengan tuduhan ini. Karena sesungguhnya tidak pantas bagi kami taat pada hukum yang berasal dari manusia, ayat-ayat yang dicetuskan dan ditulis oleh manusia yang tidak paham akan hukum syar’i. Tidak patut pula bagi kami menentang firman Allah dalam surat An-Nahl ayat 106:
“Barangsiapa kafir kepada Allah setelah beriman (mereka akan mendapatkan kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam keimanan (maka tiada dosa baginya), akan tetapi barangsiapa yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, kemurkaan Allah padanya, dan baginya azab yang pedih.”
Sangat jelas peringatan Allah di atas, bagi yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, patuh pada hukum syirik yang berslogan demokrasi, maka murka Allah menimpa padanya. Kami pun rela kalian tuding Khawarij, jika konsekuensi kepatuhan pada firman Allah di atas memang demikian.
Jika karena pembelaan pada saudara-saudara kami di Palestina, Pattani, Chechnya, Afghanistan dan Somalia yang ditindas penjajah Amerika membuat kalian gerah lalu memberikan titel Khawarij dan teroris kepada kami, maka saksikanlah  bahwa ini adalah resiko memurnikan tauhid yang sedikitpun tidak dapat mematahkan ghirah kami  berjuang melawan penjajah dengan segala kemampuan kami. Rasulullah bersabda, “Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain, tidak boleh menyerahkannya pada musuh, tidak boleh menzalimi, tidak boleh menelantarkannya” (HR Bukhari).
Muslim dibelahan bumi manapun adalah saudara kami yang harus kami jaga dari gangguan musuh, hal ini berdasarkan hadits di atas, jadi wajib membela muslim yang sedang ditindas Amerika, meskipun kalian menuduh kami sebagai Khawarij.

Mati Berjihad, Rajin Sedekah & Baca Al-Quran, Tapi Masuk Neraka


Kita pasti bertanya, kok bisa, seorang hamba yang mati di medan jihad, berilmu dan membaca al-Qur’an, serta dikenal karena kedermawanannya, tapi pada akhirnya terlempar ke neraka. Apa sebabnya?
Abu Hurairah meriwayatkan, ia pernah mendengar Rasulullah Saw bersabda, ”Manusia pertama yang diadili pada hari Kiamat nanti adalah orang yang mati syahid. Orang yang mati syahid didatangkan di hadapan Allah. Kemudian ditunjukkan segala kenikmatan yang telah diberikan kepadanya, dan ia mengakuinya.
Allah bertanya, “Apa yang telah kamu lakukan di dunia?”Dia menjawab, “Aku berperang demi membela agamamu.”  Allah berkata, “Kamu bohong.Kamu berperang supaya orang-orang menyebutmu Sang Pemberani.” Kemudian Allah memerintahkan agar amalnya dihitung di hadapan pengadilan-NYa. Akhirnya ia dilempar ke neraka.
Seorang penuntut ilmu yang mengamalkan ilmunya dan rajin membaca al-Qur’an didatangkan dihadapan Allah. Lalu ditunjukkan segala kenikmatan yang telah diberikan kepadanya, dan ia mengakuinya. Allah bertanya, “Apa yang telah kamu lakukan di dunia?” Dia menjawab, “Aku menuntut ilmu, mengamalkannnya, dan aku membaca al-Qur’an demi mencari ridhamu.”
Allah berkata, “Kamu bohong. Kamu mencari ilmu supaya orang lain menyebutmu orang alim, dan kamu membaca al-Qur’an supaya orang lain menyebutmu orang yang rajin membaca al-Qur’an.” Kemudian Allah memerintahkan agar amalnya dihitung di hadapan pengadilan-NYa. Akhirnya ia dilempar ke neraka.
Selanjutnya, seorang yang memiliki kekayaan berlimpah dan terkenal karena kedermawanannya, didatang dihadapan Allah. Kemudian ditunjukkan segala kenikmatan yang telah diberikan kepadanya, dan ia mengakuinya.
Allah bertanya, “Apa yang telah kamu lakukan di dunia?”  Dia menjawab, “Semua harta kekayaan yang aku punya tidak aku sukai, kecuali aku sedekah karena-Mu.”  Allah berkata, “Kamu bohong. Kamu melakukan itu semua agar orang-orang menyebutmu orang dermawan dan murah hati.” Kemudian Allah memerintahkan agar amalnya dihitung di hadapan pengadilan-NYa. Akhirnya ia dilempar ke neraka.
Abu Hurairah berkata, “Kemudian Rasulullah menepuk pahaku seraya berkata, “Wahai Abu Hurairah, mereka adalag manusia pertama yang merasakan panasnya api neraka Jahanam di Hari Kiamat nanti.” (HR. Muslim)
Berlatih Ikhlas
Dari hadits riwayat Muslim di atas, maka keikhlasan dalam beramal menjadi hal yang sangat penting. Betapa pun seorang hamba mati di medan jihad, berilmu dan membaca al-Qur’an, bahkan dikenal karena kedermawanannya, tapi jika tidak disertai  dengan keikhlasan, maka menjadi sia-sialah amalnya.
Ternyata kata ikhlas, bukan karena bibir ini berucap ikhlas. Atau bahkan tidak berucapkan ikhlas. Boleh jadi, tanpa kita sadari, keikhlasan kita bercampur dengan riya' dan ingin menunjukkan bahwa kita adalah seorang yang pemberani, yang berilmu, dan dermawan.
Orang bijak berkata, “Orang yang ikhlas adalah orang  yang menyembunyikan kebaikannya, seperti dia menyembunyikan kejelekannya. Keikhlasan niat dalam amalmu lebih bermakna daripada amal itu sendiri.”
Ma’ruf al-Karkhi sampai memukul dirinya sendiri sambil berkata, “Wahai jiwa, ikhlaslah! Maka kamu akan bahagia.”
Yahya bin Mu’adz berkata, “Ikhlas adalah memisahkan amal dari cacat seperti terpisahnya susu dari kotoran dan darah.”
Yusuf bin Husain berkata, “Sesuatu yang paling mulia di dunia ini adalah ikhlas. Berapa besar kesungguhanku untuk mengeluarkan pamer dari dalam hati, namun sepertinya ia menetap di hati dalam bentuknya yang lain.”
Setiap kali Ayyub as-Sakhtiyani  berbicara, ia mengusap wajahnya sambil berkata, “Aku terserang demam.” Padahal ia takut pamer dan ujub. Dia takut kalau orang-orang berkata tentang dirinya seperti ini. Dia menangis karena takut pada Allah.
Seorang ulama mengatakan, “Jika Allah tidak suka kepada seseorang, maka Allah memberinya tiga hal da menghalanginya dari tiga hal. Pertama, Allah memberi dia teman yang saleh, namun dirinya tidak menjadi orang saleh. Kedua, Allah memberi dia amal saleh, namun dia tidak ikhlas menjalankannya. Ketiga, Allah memberi dia hikmah, namun dia tidak mempercayainya.”
Hakikat Riya
Riya' itu berasal dari kata ru’yah (melihat), sedanghkan sum’ah (ketenaran) berasal dari kata Samaa’ (mendengar). Riya’ adalah ingin dilihat orang-orang supaya mendapat kedudukan. Riya’ itu tersamar seperti jalannya semut. Termasuk riya’, yaitu orang yang berpura-pura zuhud, berjalan memaksa diri untuk bersikap tenang dan bersikap lemah-lembut.
Dalam ringkasan Ihya Ulumuddin, Imam al Ghazali menegaskan, riya itu haram dan pelakunya dibenci oleh Allah Swt. Hal itu ditunjukkan dalam QS. Al-Ma’un: 4- 6: “Maka, celakalah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya. Orang-orang yang berbuat riya.”
Seorang sahabat Nabi Saw bertanya, “Ya Rasulullah, dengan apa kita selamat?”                                                                      Rasulullah menjawab, ”Bila manusia tidak mengamalkan ketaatan kepada Allah swt demi mengharap pujian orang-orang.”        
Nabi Saw bersabda, “Sesungguhnya yang paling ditakutkan atas kamu adalah syirik kecil.”    Sahabat bertanya, “Apakah syirik kecil itu, ya Rasulullah?Beliau menjawab, “Riya.”
Lalu Allah Swt berkata di Hari Kiamat ketika membalas manusia-manusia atas amal-amal mereka: “Pergilah (kamu) kepada orang-orang dulu kamu berbuat riya terhadap mereka di dunia. Lihatlah apakah kamu mendapat balasan dari mereka?”
Dalam hadits yang lain, Rasulullah bersabda, “Berlindunglah kamu dengan Allah dari jubbul huzun (lembah duka) Sahabat bertanya, “Apa itu ya Rasulullah?’ Nabi Saw menjawab, “Sebuah lembah di neraka Jahanam yang disediakan bagi para pembaca Al-Qur’an yang berbuat riya.”    (Diolah oleh muhammad)

Selasa, 09 Agustus 2011

Talk Show "Selamatkan Anak Indonesia dari Bahaya Imunisasi dan Vaksinasi"

 “Tidaklah aku berdiskusi dengan orang lain kecuali aku berharap Allah menampakkan kebenaran melalui lesannya.” 
(Imam Syafi’i)
Berbicara tentang perbedaan, tentu tidak ada di antara kita yang dapat lepas darinya. Sebab, perbedaan merupakan keniscayaan yang tak dapat dihindarkan. Oleh karenanya, perbedaan perlu disikapi secara bijak. Acapkali salah dalam menyikapi perbedaan hanya menghasilkan perselisihan dan permusuhan. Perbedaan tidak lagi mendatangkan rahmat, namun berubah menjadi laknat. Lantas bagaimana kita menyikapi perbedaan yang ada?

Berbicara vaksinasi,di Indonesia bahkan di dunia vaksinasi telah menuai pro dan kontra.Sebagai seorang yang beriman kepada Allah ,maka kita harus mematuhi semua yang telah diatur Allah.

Satu-satunya vaksin yang aman adalah vaksin yang tidak pernah digunakan(Dr.James R.Shanon,Mantan Direktur Institusi Kesehatan AS).
Kasus polio meningkat secara cepat sejak vaksin dijalankan.Pada tahun 1957-1958 peningkatan 50%,dan tahun 1958-19559 meningkat menjadi 80% (Dr Bernard Greebeg ,AS)

Lalu Tahukah Anda Bahaya Vaksinasi?
Berikut ini Acaranya :
Waktu
21 Agustus · 8:00 - 13:00

Tempat
Gedung PSBR, Jln Wahidin Sudirohusodo 3, Jombang.




Info Selengkapnya
Pembicara :
1. Ummu Salamah, SH. Hajjam
(Penulis Buku Best Seller "Imunisasi, Dampak, Konspirasi & Solusi Sehat ala Rasulullah SAW")
2. Ustadz Faishal Ishaq
(Direktur NATURAID CENTER dan Ahli Pengobatan Thibun nabawi)
3. M. Fachry
(Pimred arrahmah.com)

HTM : Rp 20.000,00

Pemesanan Tiket, bisa menghubungi :
1. Akhmad Imam F(085731682174)
2. Andri Tri L(085655454229)
3. NATURAID CENTER(0321) 855590 / Fleksi : 7260185

atau bisa mendatangi alamat :
~Jln Ir H Juanda no 24, Jombang, Jatim
~Jln Wachid Hasyim Gg. Rutan no 30, Jombang, Jatim

Acara ini diselenggarakan oleh :
~LANGIT BIRU PRODUCTION

disponsori oleh :
~NATURAID
~Griya Ternak Jombang

didukung oleh :
Sharia4Indonesia

media partner :
arrahmah.com

Al-Qur'an Atau Bibel Pemicu KDRT?



Sebuah forum diskusi yang menamakan diri “Forum Murtadin Kafirun Ex Muslim Indonesia” mengobral berbagai penyelewengan tafsir Al-Qur'an. Salah satu ayat yang jadi korban adalah surat An-Nisa’ 34 yang dituding mengajarkan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dalam Al-Qur'an. Dengan semena-mena, ayat ini dikomentari secara serampangan sbb:

“Islam sudah mengajarkan KDRT ke anak-anak lewat Qur’an. Makanya aku tinggalin ajaran Arab itu. Quran 4:34: “Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasihatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka.”

Rupanya, dalam ayat yang cukup panjang itu, hanya kata “pukullah mereka” yang terlihat di  pelupuk mata para murtadin Kafirun. Lalu disalahpahamkan seolah-olah ayat ini menyuruh para suami memukuli istrinya dengan semena-mena.

Padahal ayat tersebut bukan mewajibkan suami memukuli istri, melainkan sebatas izin melakukan sanksi pemukulan dalam konteks mendidik (ta’dib) terhadap istri yang nusyuz. Rasulullah SAW mencontohkan bahwa beliau tidak pernah memukul para istri dan pembantunya.

Aisyah RA berkata, “Rasulullah SAW tidak sekalipun memukul sesuatu dengan tangannya, tidak wanita, tidak pula pembantu kecuali dalam keadaan jihad di jalan Allah” (HR. Muslim).

Meskipun surat An-Nisa’ 34 membolehkan suami memukul istri dalam rangka mendidik, akan tetapi tidak asal memukul, melainkan dengan syarat, batasan dan ketentuan, antara lain:

Pertama, ia dilakukan kepada istri ketika nusyuz, yakni durhaka dengan tidak menaati suami dalam batas-batas tertentu. Jika istri belum terbukti nusyuz maka suami belum boleh melakukannya. “Nusyuz” artinya artinya meninggalkan, contoh nusyuz seorang istri misalnya meninggalkan rumah tanpa seizin suami

Kedua, setelah sang istri terbukti nusyuz maka tidak otomatis suami langsung boleh memukulnya. Suami terlebih dulu harus melakukan dua tahapan terlebih dahulu yaitu menasihatinya. Jika sang istri adalah muslimah yang shalihah dan dia terbukti nusyuz, maka sebuah nasihat sudah baginya, untuk menyadari kekeliruannya dan mengulangi kesalahannya. Dengan demikian selesailah persoalannya tanpa ada kekerasan.

Ketiga, Kalaupun dengan nasihat belum cukup maka masih ada langkah kedua yang mesti dilalui yaitu berpisah darinya di tempat tidur. Pada tahap ini, kalau sang istri adalah muslimah shalihah yang terbukti dia nusyuz, maka dengan sanksi ini dia akan menyadari kesalahannya.

Keempat, Kalau tahap-tahap tersebut belum cukup untuk menyadarkan sang istri, maka diperbolehkan melakukan sanksi pemukulan dalam rangka mendidik, memperbaiki, dan meluruskan. Karena tujuannya untuk mendidik, bukan menyakiti, misalnya meninju dengan kepalan tangan hingga terluka berdarah-darah untuk melampiaskan amarah dan dendam kesumat. Memukul yang dibolehkan adalah pukulan ghairu mubarrihi, yaitu yang tidak melukai dan tidak mematahkan, tidak melukai daging dan tidak mematahkan tulang. Dan yang terpenting, tidak boleh memukul anggota badan yang diharamkan, misalnya memukul wajah.

Rasulullah SAW memberikan petunjuk: “Bertakwalah kalian kepada Allah dalam urusan para wanita (istri), karena kalian mengambil mereka dengan amanah dari Allah dan kalian telah menjadikan kehormatannya halal bagi kalian dengan kalimat Allah. Hak kalian terhadap mereka adalah mereka tidak boleh membiarkan seseorang yang kalian benci untuk menginjak (menapak) di hamparan (permadani) kalian. Jika mereka bersikukuh melakukan hal tersebut, maka pukullah mereka dengan pukulan yang tidak keras” (HR Muslim).

Jadi, memukul istri adalah alternatif terakhir sebagai sarana mendidik istri. Tak ada yang perlu dipersoalkan dari tahapan-tahapan pendidikan terhadap istri pembangkang dalam ayat tersebut. Siapapun bisa menerima kebenaran ayat tersebut, kecuali orang yang tidak punya nalar sehat. Bayangkan, apa istri yang pergi seenaknya tanpa minta izin suami itu dibiarkan saja? Apakah istri yang selalu melakukan hobi pergi dari rumah tanpa izin itu masih ditolerir, padahal sudah dinasihati dan diberi sanksi? Tentu tidak!

Islam mengajarkan bahwa kedudukan suami dalam keluarga adalah sebagai kepala keluarga (Qs An-Nisa’ 34) yang salah satu tugasnya adalah mengurus dan mendidik istri. Ketika menjalankan kewajiban sebagai kepala keluarga yang mendidik istri dengan cara yang halus hingga cara pemukulan yang syar’i, sang suami tidak bisa dihukumi sebagai pelaku KDRT. Karena ketegasan dalam mendidik dan nahi munkar berbeda kasus maupun konsekuensinya dengan KDRT.

Justru aneh jika seorang suami berprinsip tidak melakukan ketegasan dalam mendidik istri gara-gara takut terjerat KDRT. Padahal Rasulullah SAW dalam hadits riwayat Nasa’i, Thabrani dan Ahmad, mengancam orang yang melakukan pembiaran terhadap kemaksiatan istri dan anggota keluarganya, sebagai seorang “Dayyuts” yang tidak akan mencium bau surga.

Dengan kerasnya menghujat amar makruf nahi munkar dalam keluarga sebagai KDRT, maka bisa dipastikan bahwa Forum Murtadin Kafirun adalah gerombolan para Dayyuts!!

Ayat Injil (Bibel) jadi biang keladi KDRT di Belanda

Seharusnya para murtadin kafirun malu menghina Islam sebagai agama yang mengajarkan KDRT. Faktanya, ayat Bibel menjadi pemicu terjadinya satu juta kasus KDRT di Belanda.

Radio Nederland Weredomroep (RNW), dalam situsnya menyebutkan, KDRT di Belanda dipicu oleh ayat Alkitab (Bibel). Angkanya cukup fantastis. Dalam satu tahun, satu juta orang di Belanda setiap tahunnya menjadi korban KDRT. Antara 200 hingga 300 ribu orang di antaranya menjadi korban serius atau korban kekerasan berulang. KDRT yang terjadi di Belanda tidak saja fisik, tetapi juga kekerasan seksual dan psikis seperti misalnya mengancam, menghina, dan menelantarkan pasangan.

“Jika ditampar di pipi kiri berilah pipi kananmu, ajaran Kristen ini kemungkinan jadi pemicu Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) di Belanda. Padahal di Belanda sendiri persamaan hak antara perempuan dan laki sudah sangat maju,” tulis RNW dalam berita berjudul “KDRT: Ditampar Pipi Kiri, Berilah Pipi Kanan,” Kamis (30/6/2011).

Menurut Nursyahbani Katjasungkana yang mengikuti workshop KDRT di Amsterdam bersama wakil 6 negara Eropa (Jerman, Austria, Spanyol, Inggris dan Belanda), kekerasan di dalam keluarga Belanda totok (bukan pendatang) lebih banyak terjadi di kelompok-kelompok tradisional yang masih kuat menjalankan agama.

Ayat Bibel yang disebut menjadi biang keladi terjadinya KDRT adalah Injil Matius dan Injil Lukas berikut:

“Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu” (Matius 5:39).

Dalam prinsip pembalasan (lex talionis), ayat ini sulit ditafsirkan dan  musykil diterapkan. Dr FF Bruce, profesor Kristen untuk studi Kritik Alkitab dan Eksegese di Manchester mengakui dengan jujur: “Ini merupakan perkataan keras dalam arti bahwa perkataan ini menetapkan sebuah tindakan yang tidak lazim bagi kita,” (The Hard Saying of Jesus, edisi Indonesia: Ucapan Yesus yang Sulit, Seminari Alkitab Asia Tenggara, 1995, hal. 62).

Lembaga Biblika Indonesia (LBI), lembaga resmi penerbit Alkitab Katolik, membubuhkan catatan kaki yang sangat krusial. Disebutkan dengan jelas bahwa Injil Matius 5:39 tersebut tidak pernah termaktub pada naskah kuno Yunani, bahkan tidak relevan karena kontradiktif dengan Injil Yohanes. Perhatikan catatan kaki LBI berikut:

“Matius 5:39, melawan orang yang berbuat jahat kepadamu tidak ada dalam naskah Yunani, tetapi ungkapan itu mengenai kejahatan yang menimpa orang sendiri... Yesus tidak melarang melawan serangan yang tidak adil, bdk Yoh 18:22 dan sama sekali tidak melarang menentang yang jahat di dunia” (Kitab Suci Perjanjian Baru dengan Pengantar dan Catatan , hlm. 32, Imprimatur Mgr Donatus Djagom SVD, Uskup Agung Ende, Ndona 1974).
Karena nas Injil itu tidak pernah tercantum dalam naskah Yunani, maka bisa dipahami bahwa ayat itu tidak asli. Gara-gara ayat inilah, negeri kincir angin Belanda harus menuai satu juta kasus kekerasan dalam rumah tangga.

Jilbab Saringan Tahu, ala Jahiliyah







Alhamdulillah Kita patut bersyukur dengan banyaknya muslimah yang menutup auratnya belakangan ini. Meski masih banyak kita jumpai pemandangan aneh dari muslimah itu sendiri.

Ada yang memakai jilbab tapi poni rambutnya ke mana-mana, ada yang pake jilbab tapi pakaian dalamnya terlihat, ada juga yang pakai jilbab tapi masih ikutan konser musik. Miris, kasihan, sedih, marah, campur baur rasanya. Tapi saya juga bersyukur di antara mereka masih ada yang berhijab sempurna. Semoga istiqamah!

Pertama banget saya tahu istilah ‘jilbab saringan tahu’ ini di twitter. Ada seorang kawan yang nyeletuk tentang jilbab ini. Mulanya saya nggak tahu jilbab mana yang dimaksud, sampai suatu hari saya diajak tante saya belanja di pasar. Ketika melewati penjual tahu saya sempat berhenti untuk menanyakan bentuk saringan tahu. Barulah saya tahu, jibab saringan tahu ternyata jilbab yang super tipis menerawang itu. Saya pikir modelnya yang mirip saringan tahu, karena biasanya penamaan jilbab sesuai dengan model, tapi rupanya jilbab saringan tahu adalah jilbab yang jenis kain/bahannya setipis saringan tahu.

Beberapa waktu lalu saya mengunjungi toko jilbab yang ada di dekat tempat saya kuliah. Kaget juga saya begitu memasuki tempat jilbab segi empat (bukan jilbab instan/bergo), banyak sekali jilbab saringan tahu terpajang di sana. Beuh, saya jadi kehilangan fokus. Mau langsung keluar gak enak juga, soalnya baru masuk. Akhirnya saya memilih membelikan ibu dan tante saya jilbab instan yang modelnya belum beliau punya, alhamdulillah.

Di rak-rak tersebut ada banyak macam model jilbab saringan tahu. Ada yang polos tanpa hiasan apa pun, ada yang pakai renda atau manik-manik, ada yang berhias bordiran, ada juga yang model tumpuk. Tapi bahannya sejenis, ada yang tipis ada yang lebih, bahkan sangat tipis, sama-sama bisa digunakan untuk saringan tahu mungkin. Jika dipakai ya menerawang.

Ada beberapa kawan saya yang sudah mengerti syarat berhijab syar’i, kalau pakai jilbab saringan tahu ia memakai dua jilbab sekaligus supaya tidak menerawang. Biasanya bagian dalam agak tebal. Masalahnya kan ga semua muslimah berpikiran untuk melapisi bagian dalam jilbab saringan tahu dengan jilbab yag lebih tebal. Fenomena jilbab saringan tahu ini banyak banget kita temui di jalan.

Menurut kawan saya, jilbab saringan tahu memang lebih ‘nurut’, lemas, dan adem. Harganya juga lebih murah dari jilbab yang tebal. Warna, model, dan hiasannya lebih variatif, jadi mudah dipadupadankan dengan pakaian yang digunakan. Hmm...!

“Dan hendaklah kamu tetap berada di rumahmu, dan janganlah kalian berhias dan bertingkah laku seperti model berhias dan bertingkah lakunya orang-orang jahiliyah dahulu” (Qs Al-Ahzab 33).

...jahiliyah dahulu adalah kekafiran sebelum jaman Nabi Muhammad SAW. Jahiliyah sekarang adalah kemaksiatan setelah datangnya Islam...

Dalam keterangan catatan kaki, ‘jahiliyah dahulu’ adalah bentuk kekafiran sebelum jaman Nabi Muhammad SAW, sedangkan ‘jahiliyah sekarang’ adalah bentuk kemaksiatan setelah datangnya Islam. Atau dalam salah satu artikel yang saya baca, maksud dari ayat tersebut adalah bertabarruj ala jahiliyah. Bukankah Islam telah memberikan batasan hijab yang cukup jelas? Bukankah Islam menganjurkan para wanita untuk tidak bertabarruj?

Saat ini, banak muslimah yang memakai jilbab dengan melilitkan jilbab di leher mereka, tidak mengulurkannya seperti yang terdapat dalam An-Nur ayat 31 maupun Al-Ahzab ayat 59.

…Biarlah kain saringan tahu menjadi saringan tahu, jangan kita rampas haknya dan menjadikannya penutup kepala...

Ramadhan adalah merupakan momen yang tepat untuk melakukan perbaikan diri. Sebagai muslimah sudah semestinya kita mulai memperbaiki cara berpakaian kita. Biarlah kain saringan tahu menjadi saringan tahu, jangan kita rampas haknya dan menjadikannya penutup kepala.
Allah SWT berfirman dalam surat An-Nur 34: “Dan sungguh, Kami telah menurunkan kepada kamu ayat-ayat yang memberi penerangan, dan contoh-contoh dari orang-orang yang terdahulu sebelum kamu dan pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.

Fikih Ramadhan (1)




Ini adalah ringkasan hukum-hukum fikih puasa yang disajikan secara prtaktis untuk memudahkan umat Islam mempelajarinya. Di dalamnya dibahas berbagai masalah yang sering dihadapi manusia pada kehidupannya.

Apabila ada masalah-masalah yang masih diperselisihkan oleh para ulama, kami akan menjelaskannya. Kami akan sajikan pula kesepakatan para ulama seputar ibadah puasa di bulan Ramadhan.

Dalam masalah tarjih, kami bersandar pada hasil tarjih yang dilakukan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan muridnya, Ibnul Qayym. Keduanya pakar dalam mendiskusikan dalil-dalil yang sesuai dengan maqasyid syari'at (tujuan ditetapkannya syari'at) secara umum dan falsafah perundang-undangan, terlebih ketika mentarjih hadits yang tidak shahih.

Fikih Puasa

Pengertian


Secara bahasa adalah menahan. Adapun secara syar'i adalah menahan syahwat perut dan kemaluan dari mulai terbitnya fajar sampai tenggelam dengan niat untuk mendekatkan diri kepada Allah Tabaraka wa Ta'ala.

Kedudukan Puasa Ramadhan

Ia merupakan bagian dari rukun Islam, ia juga merupaka kewajiban mutlak yang diriwayatkan secara mutawatir dan sudah maklum dalam agama Islam. Karenanya, para ulama sepakat menghukumi kafir dan murtad orang yang mengingkari akan kewajiban puasa Ramadhan, meragukannya atau meremehkannya. Kecuali bila adanya udzur disebabkan bodoh karena baru masuk Islam.

Waktu Diwajibkannya

Puasa Ramadhan diwajibkan pada tahun kedua Hijriyah, karenanya ketika Nabi saw. meninggal beliau telah sembilan kali berpuasa Ramadhan.

Penetapan Bulan Ramadhan

Awal bulan Ramadhan ditetapkan dengan melihat hilal (bulan).

Sarana Untuk Melihat Hilal

Pertama: Rukyatul hilal (melihat bulan). Para ulama telah berselisih pendapat, di antara mereka ada yang cukup dengan satu rukyat saja, ada yang mensyaratkan minimal dua, dan ada yang mesyaratkan semua harus bila melihatnya bila kondisi cuaca cerah.

Kedua: Menyempurnakan bulan Sya'ban menjadi 30 hari. Karenanya, umat Islam melakukan rukyat pada malam tiga puluh, bila mereka tidak melihatnya maka mereka harus menyempurnakan bulan Sya'ban. Akan tetapi, bila telah melihat bulan, maka itu sudah cukup.

Ketiga: Hisab. Telah banyak lembaga fikih yang membahas hal ini dan banyak di antaranya yang menghimbau untuk tidak menggunakannya. Lembaga-lembaga fikih banyak yang mengharuskan penentuan awal Ramadhan dengan rukyat menggunakan mata telanjang, tidak dengan menggunakan hisab (hitungan) ilmu falak. Kecuali lembaga-lembaga fikih nasional milik pemerintah, biasanya mereka membolehkan menggunakan hisab ilmu falak dan teropong-teropong, hanya saja tetap bersandar pada penglihatan bulan dengan mata telanjang.

Tidak Dapat Melihat Bulan Hingga Pagi

Apabila ada kejelasan akan masuknya bulan Ramadhan di pertengahan hari, maka hendaknya umat Islam ketika itu juga meniatkan untuk berpuasa. Dalam hal ini, jumhur ulama berpendapat akan wajibnya mengqodho' (mengganti) puasa hari tersebut. Adapun Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berpendapat bahwa tidak wajib untuk menggantinya, dan ini adalah pendapat yang benar.

Apabila hilal dapat dilihat di suatu negara dan tidak terlihat di negara lain, para ulama pun berbeda pendapat dalam hal ini: Apakah negara yang tidak melihat hilal harus mengikuti negara yang melihat hilal atau tidak? Dan persilihan dalam masalah ini masihlah diterima. Karenanya, banyak lembaga fikih yang berbeda dalam menjelaskan masalah ini.

Hukum Puasa Ramadhan

Wajib bagi setiap muslim yang telah baligh, berakal, mukim dan sehat untuk melaksanakan puasa Ramadhan. Dan haram berpuasa bagi wanita haid dan nifas, serta makruh bagi musafir apabila dengan berpuasa dan membuatnya lemah. Dan dianjurkan untuk anak-anak. Adapun penentuan awal baligh dapat dilakukan dengan salah satu dari tiga cara: Usianya telah genap 15 tahun, bulu kemaluannya telah tumbuh dan telah keluar air manni karena syahwat. Ditambah satu lagi sehingga menjadi empat untuk wanita, yaitu haid. Apabila seorang wanita telah haid, maka ia telah balik meskipun umurnya baru sepuluh tahun.

Puasa dan Akal

Tidaklah diwajibkan puasa bagi orang gila, karena khitab (beban) syari'at ditujukan untuk orang-orang berakal. Apabila gilanya terkadang hilang, maka ia wajib puasa ketika akalnya kembali saja.

Adapun bagi orang sakit hingga koma, atau koma secara terus-terusan, atau karena pingsan dalam jangka yang lama seperti orang yang sedang melakukan operasi, maka jumhur ulama mewajibkan mereka untuk mengganti puasa yang telah mereka tinggalkan dari bulan Ramadhan. Akan tetapi, sebagian ulama berpendapat bahwa mereka tidak wajib untuk mengganti puasanya, karena ketika itu (ketika koma) mereka tidak mu'kallaf (tidak dibebani syari'at). Syaikh Qardhawi mengambil jalan tengah dalam persoalan ini, ia berpendapat bahwa orang yang koma berkepanjangan maka tidak ada taklif baginya. Adapun bila komanya hanya sebentar yang tidak lebih dari dua hari maka ia tetap mukallaf.

Adapun bagi orang yang sudah jumpo sehingga kembali seperti anak kecil kembali, maka baginya tidak wajib puasa dan bagi keluarganya sesuatu (membayar fidyah) karena gugurnya kewajiban tersebut. Apabila terkadang ia sadar (tidak seperti anak-anak) maka wajib baginya puasa dan ketika kembali seperti anak-anak, tidak wajib baginya puasa.

Haid dan Nifas

Para ulama sepakat akan tidak wajibnya bagi keduanya berpuasa, bila keduanya berpuasa justru berdosa. Ketika telah suci, keduanya untuk mengqodho' (mengganti) puasa Ramadhan yang telah ditinggalkan. Adapun shalat, maka tidak wajib baginya untuk mengqodho'nya.

Apabila keduanya suci di pertengahan hari di bulan Ramadhan, hendaknya keduanya menahan (dari makan dan minum) ketika telah suci untuk menghormati bulan Ramadhan. Ada ulama yang bependapat keduanya harus berpuasa ketika telah suci. Dari kedua pendapat itu, semuanya mewajibkan  untuk mengqodho hari tersebut.

Pil Untuk Mengakhirkan Haid

Menerima taqdir adalah lebih utama, bagi yang menggunakan pil untuk mengakhirkan haid supaya bisa berpuasa tidaklah mengapa, dengan syarat hal itu tidak membahayakan dirinya.

Haid adalah darah hitam, biasanya kental dan bau. Adapun selainnya yang berwarna kecoklatan atau kekuningan atau yang lainnya maka itu bukan haid, baik darah itu keluar sebelum haid ataupun sesudahnya. Ini adalah pendapat yang benar. Dalam masalah ini, banyak terjadi perbedaan pendapat. Sedangkan pendarahan, hal itu tidak menghalangi untuk berpuasa dan ia tidak termasuk dalam hukum haid.

Adapun nifas, bila darah telah berhenti dan tidak kembali lagi setelahnya maka ia telah suci meskipun ia barusaja melahirkan. Akan tetapi, bila darah belum berhenti maka waktu paling lama nifas adalah 40 hari. Apabila setelah 40 hari, maka itu tidak disebut dengan nifas.

Puasa dan Safar (Berpergian)

Para ulama telah sepakat bahwa bagi musafir diperbolehkan untuk berbuka, bahkan Syaikhul Islam menyebutkan, barangsiapa yang mengingkari hal itu maka ia harus dimintai taubat, jika tidak maka hukum baginya adalah murtad. Hal itu karena ia sudah merupakan hukum yang maklum dalam agama. Karenanya, sebagian sahabat mewajibkan berbuka bagi musafir. Hanya saja, jumhur berpendapat bahwa hukumnya boleh, tidak wajib bagi musafir. Musafir boleh berbuka disebabkan karena kecapean atau karena memberatkan ataupun tidak.

Sudah masyhur di kalangan fikih madzhab bahwa jarak diperbolehkannya berbuka bagi musafir adalah sekitar 80 - 90 Km, akan tetapi Ibnul Qoyyim menjelaskan bahwa pembatasan ini tidak ada dasarnya. Setiap apa yang bisa disebut bersafar berdasarkan kebiasaan maka ia diperbolehkan untuk berbuka meskipun jaraknya pendek, sebagaimana diriwayatkan secara shahih bahwa Dahyah Al-Kalby, salah seorang sahabat, berbuka puasa ketika berpergian tidak mil, yaitu sekitar 9 Km.

Berbuka puasa diperbolehkan bagi musafir meskipun tidak memberatkannya, karenanya diperbolehkan bagi yang berpergian dengan pesawat untuk berbuka. Para ulama berbeda pendapat mana di antara keduanya yang lebih utama bagi musafir, tetap berpuasa atau berbuka? Dan semoga pendapat yang saya ambil benar, bahwa yang lebih utama adalah yang meringankannya di antara keduanya, sebagaimana pendapat ini juga yang dipilih oleh Syaikh Qardhawi.

Banyak di antara pengikut madzhaf fikih yang memberi syarat, bahwa seorang musafir tidak boleh berbuka kecuali setelah ia berpergian dari tempatnya. Tapi yang benar, bahwa hal itu bukan menjadi syarat. Anas bin Malk telah berbuka sebelum ia menaiki kendaraannya, tapi baru mengenakan baju berpergian. Pendapat inilah yang diikuti oleh Ibnul Qayim.

Para ulama berselisih pendapat akan bolehnya berbuka pada hari yang sudah diketahui bahwa ia akan sampai ke negaranya atau tempatnya sebelum tenggelamnya matahari. Jumhur ulama, di antaraya Imam Abu Hanifah, Malik dan Syafi'i rahimahumullah, berpendapat akan bolehnya berbuka baginya. Sementara Imam Ahmad rahimahullah berpendapat bahwa ia harus berpuasa. Syaikh Utsaimin berkata, "Yang benar bahwa ia tidak harus berpuasa."

Bila musafir kembali ke negaranya di siang hari sedang ia telah berbuka maka ia harus berpuasa di waktu setelah kembalinya, dan ia tetap harus mengqodho'nya, baik ia berpuasa atau tidak ketika itu. Dalam hal ini terjadi perbedaan pendapat.

Di sini ada dua kondisi yang oleh para pengikut madzhab fikih tidak boleh berbuka, yaitu:

Pertama: Barangsiapa yang memulai berpergiannya di tengah hari sementara ia dalam keadaan puasa, maka ia tidak diperbolehkan berbuka.

Kedua: Orang yang bersafar dan ia telah meniatkan puasa sebelum fajar maka tidak boleh baginya untuk membatalkan niatnya lalu berbuka, meskipun ia masih bersafar.

Akan tetapi, pendapat yang benar bahwa seorang musafir boleh berbuka dalam dua kondisi tersebut.

Diperbolehkan berbuka bagi musafir, bahkan bagi orang yang telah mempunyai kebiasaan berpergian keluar kota, seperti sopir, pilot, masinis dan lainnya, itu pun diperbolehkan berbuka meskipun berpergiannya hanya sehari. Dan baginya kewajiban untuk mengqodho'.

Puasa dan Perbedaan Waktu

Untuk wilayah-wilayah yang berbeda waktu malam dan siangnya, lembaga fikih Islam di bawah Rabithah Al-'Alam Al-Islami menjelaskan tentang kondisi mereka. Dalam penjelasan ini, ada tiga hal mendasar yaitu:

Pertama: Wilayah yang waktunya berjalan 24 jam atau lebih, sesuai dengan perbedaan musim. Pada kondisi ini, penentuan waktu shalat dan puasa mengikuti wilayah terdekat yang waktu malam dan siangnya 24 jam juga.

Kedua: Wilayah yang tidak melihat senja hingga terbitnya matahari, tidak bisa dibedakan antara terbitnya matahari dan tenggelamnya. Pada kondisi seperti ini maka puasa dimulai ketika tiba waktu shalat fajar.

Ketiga: Wilayah yang dapat melihat malam dan siang selama 24 jam dan bisa membedakan waktu. Hanya saja, pada musim tertentu malamnya lebih panjang dan terkadang siangnya lebih panjang pada musim yang lain.

Barangsiapa yang tinggal di wilayah yang dapat membedakan antara malam dan siang dengan terbitnya fajar dan tenggelamnya matahari, hanya saja siangnya lebih panjang ketika di musim panas dan pendek di muslim dingin, maka wajib bagi mereka untuk berpuasa setiap hari dari mulai terbitnya fajar hingga tenggelamnya matahari di wilayah mereka masing-masing. Dan dihalalkan bagi mereka untuk makan, minum, jima' dan semisalnya pada malam mereka saja, meskipun malamnya pendek.

Bagi yang tidak mampu menyempurnakan puasa karena panjangnya siang, sakit, khawatir sakitnya bertambah parah bila berpuasa di siang yang panjang dan sebagainya, maka ia mengqodho' hari-hari yang ia berbuka pada bulan lainnya yang mem.ungkinkan ia untuk menggantinya.

Barangsiapa yang menjumpai hari raya 'Id di negaranya, lalu ia bersafar ke negara lain dan ia mendapati mereka masih berpuasa karena panjangnya bulan Ramadhan di negara mereka, maka tidak wajib baginya untuk berpuasa seperi mereka. Begitu pula orang yang bersafar setelah tenggelamnya matahari, tapi di negara tempat ia bersafar ia masih mendapati matahari terang benderang, belum tenggelam maka tidak wajib baginya untuk berpuasa lagi.

Barangsiapa yang memulai puasa Ramadhan di negara tertentu, kemudian ia bersafar ke negara lain dan mendapati sudah hari raya yang berarti jumlah waktu puasanya di kedua negara kurang dari 29 hari, maka hendaknya ia ikut berbuka bersama kaum muslimin pada hari raya. Kemudian setelah hari raya, ia harus menyempurnakan  puasa yang telah ia lewatkan hingga puasanya berjumlah 29 hari, karena bulan Ramadhan tidak kurang dari 29 hari.

Barangsiapa yang telah berpuasa tiga puluh hari di negaranya, kemudian ia bersafar pada hari ke tiga puluh ke negara lain, maka ia wajib berpuasa sebagaimana mereka berpuasa di negara mereka dan tidak boleh merayakan hari raya kecuali bersama mereka meskipun kalau ia melakukan hal itu puasana lebih dari 30 hari. Begitu pula orang yang bersafar dari negaranya sesaat sebelum tenggelamnya matahari, lalu ketika ia sampai di negara tempat ia bersafar ternyata masih pertengahan hari, maka hendaknya ia tidak berbuka kecuali bersama mereka. Bila ia hendak berbuka karena adanya rukshoh (keringanan) bagi orang yang bersafar maka diperbolehkan, tapi ia harus mengqodhonya di hari yang lain.

Biasanya, apabilanya bersafar di siang hari ke arah timur maka siangnya akan lebih pendek. Dan bila ia bersafar ke arah barat maka siangnya lebih panjang. Kaedah dalam hal itu, bahwa ketika penumpang pesawat terbang mengetahui terbitnya fajar dari langit di negara ia berada, maka ia wajib untuk memulai berpuasa. Kemudian ia baru boleh berbuka bila matahari telah tenggelam, meskipun jumlah waktu puasanya pada hari itu kurang dari lima jam, atau meski puasanya lebih dari 20 jam. Maka yang menjadi tolak ukur adalah negara tempat ia berada dan batasan udara negara, buka bumi.

Apabila matahari telah tenggelam di negara tempat ia bersafar, hanya saja ia masih melihat matahari karena tingginya pesawat terbang maka hendaknya ia tidak berbuka hingga matahari tidak terlihat oleh matanya, sebagaimana yang difatwakan oleh mufti Saudi.

Puasa dan Orang Sakit

Apabila dengan puasa sakitnya bertambah, atau memperlama sembuhnya, atau memberatkan orang yang sakit, maka ia mendapat rukhshoh (keringanan) untuk berbuka dan hendaknya ia mengganti puasanya di hari yang lain. Untuk hal ini orang yang sakit cukup dengan memperkirakannya. Perkiraannya dapat dilakukan dengan dua cara:

Pertama: Mencoba sendiri atau berdasarkan orang yang pernah sakit dengan penyakit yang sama.

Kedua: Berdasarkan anjuran dari dokter muslim yang dipercaya. Syaikh Utsaimin membolehkan mengacu pada anjuran dari dokter non-muslim bila sudah dikenal jujur. Hal ini banyak dialami umat Islam di Barat.

Apabila ia tetap berpuasa, maka dimakruhkan berpuasa bila sakitnya bertambah keras dan diharamkan bila dengan puasa sakitnya dapat membahayakannya.

Barangsiapa yang sakit hendaknya ia meniatkan berbuka sedari malam, karena pada dasarnya ia adalah sakit.

Apabila ia telah mengetahui atau mengetahui dari dokter bahwa puasa dapat menyebabkan ia pingsan, maka ia harus mengqodho' sebagaimana yang ditetapkan oleh Syaikhul Islam.

Barangsiapa yang pingsan di tengah hari, kemudian ia sadar sebelum tenggelamnya matahari atau setelahnya maka puasanya sah selama ia tetap puasa. Dan apabila ia pingsan sejak fajar hingga tenggelamnya matahari, maka jumhur ulama berpendapat bahwa puasanya tidak sah.

(Ringkasan ini ditulis oleh Syaikh Hamid Al-'Athor. Tulisan diterjemah dari situs www.islamonline.net oleh team redaksi www.alislamu.com)

Bersambung...